Kamis, 24 Maret 2011

Membedakan Cara Berpikir

Diceritakan suatu hari si sebuah kerajaan. Sang Raja, menyuruh seluruh rakyatnya untuk menyumbang secangkir madu setiap orangnya untuk keperluan membantu penduduk lain yang sedang sakit. Lalu, salah seorang diantara rakyat yang disuruh raja itu berbisik kepada temannya, “sepertinya aku tak punya madu di rumah. Aku akan memasukkan air saja ke dalam wajan-wajan besar itu. Mungkin tidak akan terlihat kalau hanya satu gelas air yang dimasukkan ke dalam wajan yang berisi madu-madu dari saudara kita yang lainnya.” Selanjutnya, orang yang dibisiki pun menjawab, “betul juga kamu. Aku juga akan melakukan hal itu. Karena persediaan madu di rumahku sudah menipis untuk konsumsi keluargaku.”

Pada hari yang telah ditentukan, maka rakyat pun berkumpul di halaman rumah raja untuk memasukkan madu-madunya ke dalam wajan-wajan besar yang telah disiapkan. Sang raja pun berterima kasih kepada seluruh rakyatnya yang menyumbangkan secangkir madunya. Dan rakyat pun ikut senang, kembali kepada aktifitasnya seperti biasa: ada yang pulang, berdagang, berkantor, berwisata, dan lain sebagainya.. halah...

Namun, sesaat setelah bubaran Sang Raja pun kaget. Karena apa yang ada di wajan-wajan bessar itu semuanya adalah air, bukan madu. Lalu raja pun memerintahkan para pengawalnya untuk menyelidiki kasus dan penyebab ini. Dan penyelidikan pun dilakukan.

Setelah penyelidikan selesai, para pengawal melaporkan kepada sang raja penyebabnya. Hal ini terjadi karena semua rakyat mempunyai pikiran yang sama, “tidak apa-apa memasukkan secangkir air diantaranya madu-madu yang dituangkan saudara kita yang lainnya.” setelah mendapat laporan itu, sang raja pun geleng-geleng kepala.

***
Apa hikmahnya ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar