Selasa, 15 Maret 2011

di Masjid, Hatiku Terkait

إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام الصلاة وآتى الزكاة ولم يخش إلا الله فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين


“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah, ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Qs. At-Taubah [9] : 18)


***
Ayat di atas mengingatkan kepada seorang guru waktu saya SMA dulu. Sungguh amat berkesan mendengar penjelasan dan tafsir dari ayat ini.

Saya adalah seseorang yang dari kecil sudah terbiasa dengan lingkungan masjid. Sebelum saya mengenyam bangku Sekolah Dasar, saya sudah terbiasa bergabung dengan kakak kelas - kakak kelas yang sudah kelas 4 sampai kelas 6, mengajak saya untuk mengaji di kampung tetangga yang jaraknya sekitar 1,5 km. Untuk mencapainya, diperlukan waktu kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki. Ada dua jalan untuk mencapainya, melewati jalan aspal yang cukup banyak lubang-lubangnya (maklum, Jalan Desa) atau menempuhnya menyusuri pematang sawah yang indah dipandang mata jika masih hijau atau menguning saat menjelang panen. Jadwal pengajian kami di TPA-TQA Al-Hasanah namanya ada dua waktu, jam 7 sampai jam 9 pagi bagi santri-santri yang jadwal sekolah di SD-nya siang atau sebaliknya, jam 4 sampai jam 5.30 sore bagi teman-teman yang sekolahnya pagi.

Sungguh mengesankan ikut pengajian disana. Saya belajar dari 'Iqra 1 (jilid satu), dari mengenal huruf alif, ba', ta, tsa sampai dapat lancar membaca Al-Qur'an karena ikut pengajian TPA-TQA Al-Hasanah ini. Gurunya banyak, sebagian masih muda dan penghafal Al-Qur'an.

Ada sebuah kisah, waktu itu jadwal pengajian dimulai sore hari. Saya dan teman-teman merasakan hal berbeda. Setelah shalat ashar, langit begitu hitam kelam pertanda akan turun hujan yang deras. Berbekal payung dan jas hujan, kami pun memaksakan diri untuk tetap berangkat menuju masjid tempat pengajian. Dan benar saja, di tengah jalan turunlah hujan dan semakin deras. Niat kami pun agak sedikit melenceng. Yang tadinya mau berangkat mengaji, ini malah bermain hujan-hujanan. Lewat pematang sawah lagi, huft. Benar-benar basah kuyup. Sesampainya di masjid, karena tidak ada orang selain kami, maka lantai teras masjid pun jadi untuk dipakai bermain air, seluncuran. Begitulah masa anak-anak, kelakuannya kadang membuat orang tua khawatir J

Berawal dari pengajian di masjid itulah yang menjadikan saya tidak asing terhadap masjid dari kecil sampai sekarang. Saya ingat, Aa Asep dan Teh Elly namanya, pasangan suami istri yang mengajarkan saya membaca Al-Qur'an. Saya juga jadi ingat ada hadits yang mengatakan bahwa barangsiapa yang mengajarkan kebaikan (termasuk membaca Al-Qur'an), maka ia akan mendapat pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala darinya. Jadi, setiap membaca Al-Qur'an, saya selalu teringat atas ketulusan mereka yang mengajarkan saya membaca Al-Qur'an. Kini, setelah saya memasuki usia 20-21 tahun, saya juga bercita-cita ingin menjadi pengajar Al-Qur'an yang pahalanya Insya Allah tak akan putus-putus. Karena satu dan lain hal, memasuki kelas 4 SD, saya memutuskan atau tepatnya diputuskan oleh orang tua untuk pindah mengaji di madrasah TPA-TQA yang lebih dekat. Di kampung sendiri. Alhamdulillah, berbekal bisa membaca Al-Qur’an saya pun mulai beradaptasi dengan lingkungan baru lebih mudah. Karena teman-teman di madrasah tempat pengajian yang baru itu sudah bisa membaca Al-Qur’an semuanya.

Setelah beberapa bulan saya belajar di Madrasah TPA-TQA Al-Hidayah, saya mulai bergabung dengan IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-Hidayah). Para pengurus dan anggotanya cukup jauh perbedaan usianya di atas saya. Bisa jadi, saya-lah orang termuda yang ada disana waktu itu. Kegiatannya cukup banyak, sehingga terus melatih dan membuka wawasan saya tentang Islam, mulai dari sejarah / shiroh Islam, fiqh, belajar tasrif / bahasa Arab dasar. Mengikuti atau menjadi bagian dari panitia tabligh akbar bulanan sampai keliling kampung untuk menghadiri tabligh akbar yang dilaksanakan jauh dari kampung tempat rumah saya berada. Hal ini menjadi hobi baru saya untuk terus dekat dengan lingkungan masjid / madrasah ataupun orang-orang yang suka memakmurkan masjid. Alhamdulillah..

Hikmahnya mah bisa dirasakan ketika saya memasuki SMP dan SMA, di saat disyaratkan untuk bisa membaca Al-Qur’an saya sudah siap sedia. Dalam waktu bersamaan, banyak teman-teman saya yang harus belajar Al-Qur’an dari nol.

Karena sudah merasa terikat dengan masjid, saya juga ikut kegiatan ekstrakurikuler ISMU (Ikatan Siswa Miftahul ‘Ulum) sewaktu memasuki SMPN 1 Baleendah, Kabupaten Bandung. Sebuah organisasi Rohaniawan islam (Rohis) yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar membaca dan menerjemahkan Al-Qur’an, belajar tentang Sejarah Nabi, Sahabat dan lain-lain. Pertemuannya dua kali sepekan. Dibimbing oleh seorang instruktur yang cukup sabar dan cerdas berbagi dan membimbing anggota ISMU. Sungguh, semua hal ini yang saya dapatkan di pengajian sebelum saya memasuki bangku SD, di IRMA dan di ISMU menjadi bekal saat ini untuk terus berusaha memakmurkan masjid. Entah dengan cara berusaha tidak terlewatkan shalat wajib berjamaah, ikut pengajiannya, tabigh akbar, kajian tafsir Al-Qur’an, mabit bahkan mengisi kajian untuk remaja, pemuda dan pelajar di lingkungan masjid sampai sekarang.

***

Berlanjut di SMA, saya bergabung dengan ekstrakulikuler DKM At-Tarbiyah, SMA Negeri 1 Baleendah, Kabupaten Bandung. Dari DKM inilah saya mulai serius dan semakin senang dengan hal-hal yang berbau pemuda, organisasi dan kegiatan ke-Masjid-an. Karena sudah terbiasa dari SD sampai SMP, maka sudah menjadi darah daging bagi saya untuk aktif berorganisasi di ekstrakulikuler DKM.

Pertama kali saya ikut kegiatannya adalah sepekan setelah MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) di SMAN 1 Baleendah pertengahan 2004. Pertemuan pertama itu diisi dengan acara taaruf (perkenalan) organisasi DKM At-Tarbiyah itu sendiri, antara calon anggota kelas X (saya) dengan pengurus kelas XI dan sebagian pengurusnya kelas XII. Kegiatan-kegiatan yang ada disana adalah miniatur dari Habluminallah dan Habluminannas. Ya, begitulah nasihat pembimbing kami, Bapak Firman Fauzan, M. Pd.I.

Beliau menasehati bahwa hidup ini tidak sebatas di SMA selama tiga tahun saja, tapi lebih penting lagi adalah kehidupan setelahnya. Kehidupan setelah kehidupan di SMA itu justru lebih rumit dan beragam, terjun di lingkungan masyarakat.

Contoh kegiatan besar yang mencerminkan kehidupan di masyarakat adalah kegiatan ibadah Idul Qurban. Di SMA Negeri 1 Baleendah setiap tahunnya mengadakan Qurban. Hewan Qurban didapat dari iuran para siswa di setiap kelas. Satu semester sebelum tanggal 10 Dzulhijjah, setiap hari di kelas masing-masing ada petugas pengumpul uang Qurban. Tidak dibatasi minimal atau maksimal berapa rupiah yang harus dikeluarkan para siswa tersebut. Yang penting, pada saatnya dapat membeli minimal satu ekor kambing yang akan diqurbankan. Saat itu harganya berkisar antara Rp 750.000,- sampai dengan Rp 1.500.000,-

Setelah uang tersebut mencukupi supaya dapat pahala Qurban, maka para siswa akan menentukan kepada siapakah hewan ini akan diqurbankan. Karena seperti yang kita ketahui, bahwa hewan qurban hanya untuk satu orang per satu ekor kambing/ dombanya. Biasanya, kami menginfaqkan uang Qurban yang dikumpulkan sekelas itu kepada wali kelas atau ketua murid masing-masing kelasnya. Tak sampai disana, setelah ada hewan qurban, kami dilatih untuk bisa menyelenggarakan shalat ied qurban di sekolah yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban oleh perwakilan tiap kelasnya.

“Sebenarnya kita bisa saja membeli beberapa ekor sapi, tapi kenapa kita memilih kambing? Agar siswa berpengalaman dalam menyembelih hewan qurban saat terjun ke masyarakat nanti.” ujar Pak Firman. Dan saya pun pernah menyembelih hewan qurban itu lho. B-)

Pada waktu saya di SMA dulu (2004-2007), tiap Idul Qurban tak kurang dari 15-20 ekor kambing/ domba yang disembelih. Saat itu tidak semua kelas bisa mencapai satu ekor kambing dalam pengumpulan iuran qurbannya. Namun dua tahun terakhir (2009-2010), jumlah hewan qurban mencapai 25-36 ekor kambing karena tiap kelasnya sudah mampu membeli satu ekor kambing ditambah qurban dari guru-gurunya, 36 kelas di SMAN 1 Baleendah, Kab. Bandung ini.

Selain pelaksanaan Idul Qurban, di sekolah kami pun sering mengadakan tabligh akbar yang diselenggarakan tiga kali setiap tahunnya. Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, sebelum libur UAS dan sebelum kenaikan kelas atau pada saat dibagi raport. Biasanya saya yang ditunjuk sebagai pembawa acara dalam acara akbar rutin kami tersebut.

Dua acara besar itu adalah agenda insidental (agenda besar tahunan). Adapun agenda pekanannya berupa belajar tahsin dan kajian tiap hari rabu bersama Bapak Firman Fauzan, M. Pd.I. Biasanya membahas tentang tafsir Al-Qur'an, shirah Nabawiyyah, fiqh dan lain-lain.

Saat memasuki kelas XI, Bapak Firman Fauzan, M. Pd.I. Berinisiatif mengadakan kegiatan baru yang dapat mengembangkan potensi para anggota dan pengurus DKM At-Tarbiyah ini. Ada empat kegiatan yang bisa dipilih oleh setiap anggota. Ada BST (Buletin Suara Tarbiyah), TNT (Tim Nasyid Tarbiyah), kursus bahasa Inggris serta Qira'at (belajar seni membaca Al-Qur'an yang indah).

Karena saya suka dunia jurnalistik, saya memilih ikut membuat Buletin Suara Tarbiyah (BST) yang terbit tiap hari Jumat. Membahas isu-isu yang berkembang saat itu, serta bahasan-bahasan yang menarik bagi siswa-siswi dan para guru di SMA kami. Banyak sekali pengalaman jurnalistik yang saya dapatkan ketika bergabung di BST, sampai saat ini saya mengetahui dan mengaplikasikan dunia jurnalistik dan kepenulisan salah satunya dari BST.

Hampir tiga tahun saya menjadi bagian dari DKM At-Tarbiyah. Dua tahun diantaranya (kelas XI dan XII), saya dan teman-teman seangkatan menjadi pengurusnya, yang punya tanggung jawab moral untuk memakmurkan masjid di SMA kami.

Sekarang, hampir empat tahun setelah lulus SMA, saya aktif di sebuah LSM yang berkonsentraasi pada pembinaan pelajar SD sampai SMA dan Remaja Masjid se-Kecamatan Baleendah. LSM INSPIRASI namanya, di LSM ini saya dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang didapat saat SMA. Mulai dari keorganisasian, kaderisasi, pembinaan pelajar bahkan ilmu jurnalistiknya. Karena LSM ini pun mempunyai buletin bulanan bagi pelajar SMP-SMA se-Baleendah.

Benar apa kata Bapak Firman tadi bahwa kehidupan di masyarakat adalah kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan di sekolah hanya pembelajaran saja.

Oleh karena itu, saya mendapatkan hikmah yang banyak sekali. Banyak perasaan senang dan tenang bisa bersama dengan teman-teman untuk memakmurkan masjid, berorganisasi dan menjalin Ukhuwah (persaudaraan) Islami yang sampai saat ini tidak terputus meskipun kami berbeda aktifitas. Ada yang masih kuliah, bekerja dan beberapa ada yang sudah menikah. Ada juga yang sudah di luar kota Bandung.

Seseorang termotivasi atas kesukaan terhadap aktifitasnya salah satu penyebabnya karena mengetahui dalil dan manfaat apa yang akan didapat. Dengan ayat 18 Al-Qur'an surat At-Taubah [9] tersebut sudah cukup bagi saya untuk tetap senang dengan lingkungan masjid. Karena kebahagiaan yang didapatkan tidak hanya untuk kehidupan dunia saja, namun kebahagiaan dan ketenangan di akhirat pun akan didapatkan, Insya Allah.. :)

Ada juga hadits qudsi yang menerangkan bahwa suatu hari Allah swt. Akan menaungi tujuh golongan hamba-hambaNya di saat tidak ada lagi naungan selain naungan dari-Nya, salah satunya seseorang pemuda yang hatinya terkait dengan masjid.

Ada satu kisah lain juga yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. Pernah berkunjung pada sebuah masjid di sebuah desa di jazirah Arab. Pada saat itu Nabi menanyakan salah satu pengurus masjidnya yang dikenal Nabi saw. Pendukuk disana memberi tahu bahwa pengurus masjid tersebut sudah meninggal dunia. Nabi pun meminta untuk diantarkan ke kuburannya, lalu Nabi saw. men-shalat-kan orang tersebut. Selain menjadi dasar hukum dibolehkannya shalat mayit di kuburan, hal ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. Sangat menghormati, menyanjung tinggi dan menghargai para pengurus (red. Pemakmur) Rumah Allah. Hal ini membuat saya makin termotivasi untuk selalu dekat dengan masjid.

*Di Masjid, Hatiku Terkait... :)*


Note: ** dedikasi untuk para guru mengaji saya, guru-guru SD sampai SMA dan untuk teman-teman seperjuangan di ISMU SMPN 1 Baleendah serta di DKM At-Tarbiyah, SMA Negeri 1 Baleendah, Kab. Bandung angkatan 2007.



rumah penulis – Baleendah, 09 maret 2011/ 04 Rabiul Akhir 1432 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar