Kamis, 30 September 2010

Do’a Walimahan

Dua hari sebelum Idul Fitri 1431 kemarin, seperti biasanya saya mulai saling mengirim sms ucapan "taqobbalallahu minna wa minkum, shiamanaa wa shiamakum." atau "minal a'idzin wal fa idzin." sebagai tanda kemenangan Ramadhan dan menyambut Idul Fitri tahun ini..
Namun, ada satu SMS yang membuat saya kaget sekaligus bahagia...
Isinya kurang lebih seperti ini, "seiring dengan menjelang Idul Fitri kami menghaturkan taqobbalallahu minna wa minkum, selanjutnya kami mengundang saudara sekalian dalam acara walimatul 'ursyi saya, Siti Aisyah dan Eri, hari Ahad, 19 September 2010 pukul 11-15 wib. bertempat di SD Tanjung, Babakan Tarogong, Kopo-Bandung.”
Saya pun membalas SMS itu dengan kalimat, “Insya Allah akan hadir.”
Di hari H-nya, saya pun bersiap-siap untuk menghadirinya, saya memilih, barang apa yang akan saya berikan kepada salah satu teman saya yang akan menggenapkan setengah dien-nya di hari itu. Saya melihat salah satu buku di rak buku saya yang cocok untuk dijadikan hadiah, buku yang berjudul “Menuju Pernikahan Bahagia.”
Tanggal 19 September itu bertepatan dengan hari Ahad, jadi saya agak nyantai persiapannya. Saya pilih agak siang untuk berangkat. Ternyata, tempatnya agak ribet untuk dicari-cari. Setelah berputar-putar beberapa kali di jalan raya yang sama, akhirnya saya pun menemukan tempat walimahan tersebut. Memang benar, sebuah SD inpres di pedalaman kota Bandung disulap menjadi tempat walimahan.
Suasana Walimahan berbaur dengan suasana Lebaran, wajar saja karena tanggal itu tepat satu pekan lebih dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Ketika sampai di tempat, saya pun bertemu dengan beberapa teman yang juga datang ke walimahan itu. Saya langsung saja menyapa mereka. Karena kami baru bertemu lagi setelah Idul Fitri, maka saat saling berjabat tangan, kami pun saling melontarkan do’a idul fitri, “Taqobbalallahu minna wa minkum, shiamana wa shiamakum.” Semoga Allah menerima amalan dan shaum kita di bulan Ramadhan tahun ini.
Setelah itu, baru kami bersama-sama menyalami kedua mempelai di dalam pelaminan yang diiringi alunan gamelan-degung Sunda. Seterusnya kami mencicipi hidangan yang disediakan. Sambil mencicipi, kami pun berbincang-bincang mengenai kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan dan menyinggung kapan yang belum nikah akan nyusul menggenapkan setengah dien-nya… (ehm..ehm..)
Sebelum kami pamitan pulang, kami pun sempat untuk foto-foto bareng dengan kedua pengantin sebagai tanda bahwa kami menghadiri pernikahan itu, dan bagi teman lainnya sebagai motivasi supaya bisa cepat nyusul…(ehm..ehm.. lagi).
Setelah rangkaian semua itu selesai, kami pun bergegas pulang. Sembari memberikan amplop atau kado, kami pun bersalaman dengan pengantin pria untuk mengucapkan do’a untuk pengantin sekali lagi. Berbeda dengan yang lain, sesaat mengucapkan do’a yang pertama, saya merasakan keganjilan. “Lho, ini kan Do’a halal bi halal. Kenapa dibilang ke pengantin. Harusnya kan doa buat pengantin.” Gerutu saya dalam hati.
Iya, saya membisiki pengantin pria dengan sebuah do’a, “Taqobbalallahu minna wa minkum, shiamana wa shiamakum.” Sesaat sepersekian detik kemudian, saya sadar bahwa do’a itu bukan do’a untuk pengantin. Maka, dengan segera saya melanjutkan doa itu dengan mengucapkan, “barokallohulaka wa baroka alaika wa jama’a baina kumaa fii khoir.”
Hmmm… itulah sekelumit pengalaman saya, hikmanya mah sangat beruntung dan berkahnya bagi teman-teman yang walimahannya di bulan syawwal, karena do’anya bisa dapat double: do’a lebaran dan do’a walimahan.. apalagi kalo di bulan Ramadhan ya? Do’anya ditambah dengan do’a ini: “Allahumma Salimni li romadhonna wa salim romadhona li wa salimhumuthaqobalan.” (Hehe…)
READ MORE - Do’a Walimahan