Selasa, 30 November 2010

Cerita Si Kabayan

Di suatu hari, Si Kabayan ditanya oleh Abahnya Iteung, "Kabayan, apa yang kamu suka dalam kehidupan ini?" lalu Kabayan menjawab, "Aya atuh Abah, yang saya suka dalam hidup ini apabila saya menemukan sebuah tanjakan. itu yang saya suka mah Abah."

Abah pun kembali melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa kamu suka tanjakan, Kabayan? bukannya tanjakan itu sulit dan berat untuk dihadapi? Masih ada hal yang lebih menarik dan lebih indah dalam hidup ini?"

Lalu Kabayan pun menjawab, "eh, Abah.. bukannya setelah tanjakan itu ada turunan?"

"nah, turunan itu yang sebetulnya yang saya sukai, Abah. Sebab, turunan itu datangnya setelah tanjakan. Tidak ada turunan sebelum adanya sebuah tanjakan."
Lanjut Kabayan.

Hikmahnya, kita harus bergembira sekiranya mendapatkan kesulitan/ ujian dari Allah swt. Karena setelah itu Allah akan memberikan kemudahan diantara kesulitan-kesulitaan yang datang menghampiri. Seraya Allah berfirman, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (Qs. An-Nasyr [94]: 5-8).

Saudaraku yang dirahmati Allah, dari ayat tersebut jlaslah bahwa tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengeluh. karena kesulitan-kesulitan yang datang menghampiri kita adalah pemicu akan datangnya kemudahan dan pertolongan dari Allah swt. lihat saja dalam ayat tersebut, Allah mengapit satu kesulitan dengan dua kemudahan. itulah salah satu bentuk kasih sayang Allah swt. kepada para hamba-Nya yang beriman. mereka tidak sedih, khawatir atau takut.

Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah tidak akan membebani pundak manusia dengan sesuatu yang tidak dapat ditanggung olehnya. (Qs. Al-Baqarah [2]: 286).

Itulah bentuk kasih sayang Allah, Dia merancang penciptaan dan takdir manusia supaya lebih memudahkan dalam menjalani kehidupannya.
READ MORE - Cerita Si Kabayan

Sabtu, 13 November 2010

Terhipnotis

Once upon a time… Udara pagi yang cerah membawa semangat untuk saya menjalani kuliah saat itu. Cukup menikmati suasana jalanan kota Bandung yang masih segar sambil mengendarai kuda besi (baca: sepeda motor). Sesampainya di kampus, seperti biasa saya menyapa teman-teman yang sudah hadir serta para dosen yang melintas di koridor kampus…
Jam di tangan pun menunjukkan pukul 07.40 WIB. Itu artinya sekitar lima menit lagi perkuliahan dimulai. Saya dan teman-teman pun bergegas untuk memasuki ruang kelas. Dan tepat pukul 07.45 WIB, dosen kami memasuki kelas sesuai jadwal. Hari ini saya sekelas akan mendapatkan mata kuliah Manajemen Perusahaan. Sambil mempersiapkan materi, Pak Ega (dosen kami) memanggil satu persatu mahasiswanya untuk diabsen. Setelah itu langsung masuk materi.
Saya cukup serius memperhatikan materi yang disampaikan Pak Ega. Sampai di tengah-tengah perkuliahan, handphone (HP) saya pun bergetar pertanda ada telepon masuk. Saat itu HP saya mode silent, jadi tidak menghebohkan suasana kelas. Ternyata ada nomor baru yang tidak saya kenal. Saya pun mengangkatnya sambil bergegas ke kolong bangku sambil berbisik-bisik menjawab si penelepon. Karena neleponnya lama, saya bergegas keluar ruangan sambil meminta ijin kepada dosen. Kaget sekaligus bingung, karena di ujung telepon sana ada suara seorang lelaki tua yang memberi tahu bahwa saya mendapat Undian berhadiah dari provider nomor HP yang saya pakai.
“Selamat Pagi, apakah benar dengan pemilik nomor 081xxx?” Sapanya.
“Iya, benar. Maaf ini dengan siapa dan dari mana?” Saya jawab.dan melontarkan pertanyaan standar jika ada nomor baru.
“Iya, Pak. Saya Bambang dari HUMAS (menyebutkan provider nomor HP).” Ujarnya. “Maaf dengan Bapak siapa dan bekerja dimana?” Lanjut Bambang.
“Saya Gust Kemal, saya seorang mahasiswa.” Ragu saya. “Oh, dengan Mas Gust Kemal ya? Selamat ya, Mas mendapatkan hadiah Sepuluh Juta Rupiah. Mas terpilih dari undian yang kami adakan tadi malam. Sekali lagi selamat ya Mas..” Ucapnya memberikan kabar yang menggembirakan.
Terang saja, waktu itu sesaat saya mendadak kegirangan. Mendengar akan mendapat uang SEPULUH JUTA Rupiah.
Saat itu, tepatnya pada tanggal 24 April 2009. Memang, pekan-pekannya pikiran saya sedang tak menentu. Terlalu banyak keinginan, yang akhirnya banyak mengkhayal tak karuan. Tanpa didukung oleh usaha yang maksimal.. akhirnya terjadilah peristiwa itu: TERHIPNOTIS.
Menurut para ahli (terutama yang suka menghipnotis), mengatakan bahwa orang yang terhipnotis adalah orang yang sedang fokus pada satu pikiran. Berbeda dengan orang yang kerasukan karena justru kosong pikiran, (catet!).
Ya, saat itu saya sedang memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk membelanjakan sebuah Komputer Jinjing (baca: Notebook/ Laptop). Sudah hampir satu pekan saya memikirkannya. Sampai pada akhirnya ada sebuah telepon yang mengatakan bahwa saya memenangkan undian. Yang anehnya, kenapa orang yang ada di ujung telepon itu mengulang perkataan ini sebnayak lebih dari lima kali, “Selamat Mas, Anda berhak mendapat uang tunai sebesar sepuluh juta.” Saking seksamanya menyimak kalimat itu, makanya saya mudah untuk terhipnotis.
Dari sanalah alam bawah sadar saya sudah dikuasai Bambang. Dari suaranya, dapat ditaksir dia berusia di atas 40 tahun, karena suaranya yang serak-serak basah. Setelah mendapat telepon itu, si Bambang ini menyuruh saya untuk mentransfer uang sejumlah dua ratus ribu untuk biaya pengirimannya. Tanpa sadar (memang tidak sadar), saya menuruti perintah-perintahnya. Saking parahnya saya terhipnotis, saya memberanikan diri untuk ijin pulang kepada dosen yang masih mengajarkan materi Manajemen Perusahaan. Sebelum diputus, Bambang dalam teleponnya meminta saya untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, makanya saya katakan ijin ada keperluan keluarga yang mendesak dan mendadak. Saya pun akhirnya pulang untuk meminjam uang dan mengambil ATM kepada mamah.
Di perjalanan pulang, saya menyunggingkan bibir sedikit yang pada saat itu terkena sariawan. Senyam-senyum sendiri seperti orang yang mendapat kabar diterima cintanya oleh sang kekasih. Sesampainya di rumah, saya langsung menghadap mamah untuk meminjam uang sesuai yang diperintahkan Bambang. Meskipun ada kecurigaan, awalnya mamah menolah untuk memberikan uang sebesar Rp 200.000,-. Namun, karena ada pemaksaan dari saya yang sok meyakinkan, akhirnya mamah pun memberi uang itu.
Sesampainya di Bank, saya pun bergegas mengantre di teller untuk setor. Lalu saya pun dihubungi lagi Bambang. Setelah uang masuk rekening, ia meminta saya untuk masuk ATM. Disana, saya disuruh untuk membeli pulsa ke nomornya. Saat itu saya bertanya-tanya kenapa nomor yang diisikan pulsanya bukan nomor saya, makanya saya memasukkannya saja ke nomor saya. Ternyata harus diisikan ke nomornya. Akhirnya dengan terpaksa, saya pun mengisikan lagi ke nomornya melalui fasilitas transfer antar operator telepon.
Tak berhenti sampai disitu, dia pun meminta saya untuk membeli voucher pulsa sebesar 250 ribu. Karena di tempat itu jarang ada counter pulsa, saya pun mencarinya dengan berjalan kaki yang cukup jauh. Sesampainya di counter pulsa, saya pun langsung memesan voucher yang diminta bambang. Ketika membeli voucher pun saya diminta untuk menjauh dari keramaian. Penjualnya pun merasa curiga. Setelah mengisikan pulsa, saya ditanya oleh sang penjual. Saya katakan bahwa saya akan mendapat hadiah dari undian sebuah provider telepon seluler. Dan saya balik nanya kepada penjual tersebut, “Apakah provider ponsel itu sedang mengadakan undian berhadiah?”
Dari sinilah saya mulai sadar kembali. Ia menjawab bahwa provider itu sedang tidak mengadakan undian berhadiah. “Oh, Anda tertipu.” Jelasnya.
Ketika mendengar jawaban tersebut, saya menangis sejadi-jadinya. Ketika itu saya tidak punya uang untuk membayar pulsa yang telah dibeli. Hal pertama yang saya lakukan adalah memberikan HandPhone saya sebagai jaminannya. Untungnya, saya bisa meminjam uang sebessar 150 ribu tersebut ke kantor tempat saya bekerja, sebuah Lembaga Amil Zakat di kota Bandung. Setelah menceritakan semuanya, Kang Arif pun (bagian keuangan) memberikan saya uang untuk membayar pulsa tersebut. Tak hanya itu, saya pun diantar pulang ke rumah oleh salah satu karyawannnya. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin...:)
Hmm.. Masya Allah, saya dihipnotis kurang lebih selama enam jam. Dari pukul 09.00 sampai kurang lebih menjelang ashar, pukul 15.30-an.
Itulah pengalaman saya yang pernah terhipnotis. Padahal sepekan sebelumnya saya mendengar teman saya yang terkena hipnotis juga. “Kirain saya tak akan terkena hipnotis, eh kena juga.” Gumam saya.
Hikmah yang dapat saya ambil adalah kita tak boleh berangan-angan terlalu tinggi tanpa dibarengi usaha yang maksimal untuk meraih cita-cita kita. Gunakan logika otak kita untuk memperolehnya yaitu dengan cara-cara yang baik dan benar menurut ajaran agama Islam.
Jangan hanya ingin untung dari hal-hal yang enteng.
Bandung, 08 November 2010.
READ MORE - Terhipnotis