Kamis, 10 Februari 2011

Bandung – Jeddah 900 km

Tribute to Teh Viccy dan keluarganya di Jeddah.

Sore itu, hari ketiga saya bekerja. Angin sepoi – sepoi yang berbeda dengan angin di pagi hari mulai menyergap membuat tubuh menjadi lebih dingin. Saat itu saya sedang kuliah tingkat dua di salah satu akademik manajemen komputer di kota Bandung. Maklum, sebagai mahasiswa yang sedang pusing-pusingnya mempelajari bahasa pemrograman, juga sedang pusing juga memikirkan uang jajan tambahan..:D
Kebetulan, dua hari itu saya shift malam. Dari maghrib sampai menjelang pukul 23.00 wib saya terus bekerja melayani orang yang datang untuk sekedar berinternet ria hampir tanpa istirahat. Pekerjaan yang benar-benar ketat.

Menjelang tengah malam, setelah pekerjaan hampir selesai karena orang yang menggunakan jasa internetnya sudah pada selesai, giliran saya yang mencoba membuka email dan aplikasi Yahoo Messager (YM).
Sebetulnya ceritanya baru mulai dari sini:

Sesaat setelah saya log in di YM, ratusan email mengantri untuk dibuka. Terutama email dari milist Asmanadia. Lalu saya pun membuka email-emailnya. Ada yang menarik perhatian saya pada email baris kedua.

“Assalamu’alaikum semua, salam kenal nama saya Viccy. Alhamdulillah saya baru gabung di millist ini setelah mbak Asma berkunjung ke Jeddah.” Ungkapnya dari email yang ditulisnya.

Saat itu, saya sedang ingin “menjelajah” kota-kota besar di penjuru dunia. Alhamdulillah mungkin sudah jalannya, saya dapat berkenalan dengan beliau.


********************

Viccy Intan adalah seorang Ibu rumah tangga yang tinggal di Jeddah berasal dari Lampung. Memiliki 2 Putri dan 1 Putra yang baru lahir 5 bulan lalu di Indonesia.

Saya pun langsung mengirim email pribadi untuk berkenalan. Gayung pun bersambut. Beliau membalas email saya. Saya juga meng-add akun YM-nya untuk berkenalan lebih lanjut.

Setelah di approve, langsung saja saya cecar Teh Viccy (panggilan saya ke beliau) dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan di Jeddah.

“Assalamualaikum, Mbak. Apa kabar?” sapa saya.

“Alhamdulillah baik,” jawabnya

“Perkenalkan, saya Gust Kemal salah satu anggota milist Asmanadia juga.”

“Dalam rangka apa tinggal di Jeddah mbak?” tanya saya.

“Saya ikut suami aja kok. Jadi full time mother disini.” Balasnya singkat.

“Ooo..terus suaminya kerja dimana?”

“Kebetulan suami kerja di kantor Garuda, Jeddah.” Ujar teh Viccy lagi.

“MashaAllah.Oh iya, Kok bisa sampe sana mba, dekat dong dengan Mekkah?” Tanya saya.

“Alhamdulillah sudah ada jalan dari Allah, bisa kesini dan berada dekat dengan tanah suci Mekkah yang cuma ditempuh 1 jam perjalanan mobil.” Jawabnya. Saya pun memalingkan muka dari layar untuk mengambil sebotol es teh manis. Beberapa saat kemudian saya melanjutkan pertanyaan-pertanyaan standar yang akhirnya menjadi pemecah keheningan,

“Eh mbak, kalo disana (Jeddah) sekarang jam berapa?”

“Disini jam 20.30, beda empat jam dengan Jakarta.”

“Oh, gitu ya? Iya sih, disini udah jam 00.30 wib. By the way, saya di Bandung, bukan di Jakarta.” lanjut saya.

“Oh, urang Bandung geuningan? Suganteh sanes ti Bandung!1” Tiba-tiba Bahasa Sunda muncul dari chatting saya bersama beliau. “Beuh, nggak nyangka bisa berbahasa Sunda nih, Mbak. Kalo gitu, saya panggil Teteh aja ya.. hehe.. Teh Viccy..” ujar saya yang sedang tertawa bercampur kesal. Di sisi lain saya senang karena bisa berkenalan dengan orang yang merantau jauh ke Jeddah. Di sisi lain saya merasa bosan karena diajak lagi berbahasa sunda yang merupakan bahasa keseharian saya..

Teh Viccy bisa berbahasa Sunda karena ayahnya asli orang Bandung. Rumah Neneknya di Ujungberung, nggak jauh juga dari kampus IAIN (sekarang UIN) Sunan Gunung Djati.

Walaupun nggak tinggal di Bandung, tapi Teh Viccy kerap kali ke Bandung, mengunjungi nenek dan kakaknya yang kuliah di sana.

Alhamdulillah, banyak sisi positif yang saya peroleh dari dari perkenalan ini. Saya jadi tau tentang kehidupan, budaya dan pola pikir masyarakat Arab disana. Riskan bagi perempuan untuk berjalan sendiri tanpa ditemani suami atau mahramnya. Orang Arab yang nggak sabaran dalam berkendaraan dan mengantri. Jangan salah, tidak sulit loh mencari tempe dan tahu disana karena bisa diperoleh banyak di toko – toko Indonesia. Dan ternyata dikala hujan deras datang, Jeddah terkena dampaknya yaitu banjir dimana – mana karena sistem tata kota dan drainage yang kurang bagus (seperti halnya di dekitar rumah saya, Baleendah – Bandung Selatan). Saya dengar dari Teh Viccy, Banjir pada 26 Januari lalu hampir merendam sebgaian kota Jeddah. Lebih parah dari banjir tahun 2009 lalu. Yang paling bikin saya ngiri, Teh Viccy ini bisa kapan saja menunaikan ibadah umrah dan berhaji. Meskipun ia baru menunaikan ibadah haji satu kali.

Seperti kebanyakan emak – emak lainnya Teh Viccy juga suka banget masak. Mulai dari makanan tradisional gudeg jogja sampai Kimbab dari Korea, yaitu nasi berisi sayuran yang digulung dengan Nori / rumput laut (seperti sushi dari Jepang). Makanan ini yang membuat saya penasaran sampai sekarang.

“Kalau Bandung – Jeddah deket aja ya Teh, saya pengen deh mampir ke rumah Teteh buat nyobain Kimbabnya.” Canda saya ke Teh Viccy.

Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Saya pamit karena pagi-pagi jam tujuh harus kuliah. 9000 km terasa dekat di dunia maya. 9000 km terasa dekat ditempuh dengan beberapa sapaan di chatting. Saya senang bisa mengenalnya. Bisa merasakan aura Jeddah meski hanya melihat hasil jepretan-jepretannya di Facebook atau blognya. Dan sampai tulisan ini selesai, kami belum pernah bertemu secara langsung.. hikshiks..

Cat. Kaki:
1 Oh, orang Bandung ternyata? Kirain bukan di Bandung!

3 komentar:

  1. yang ini dah lbh hidup dari yg sebelum di edit..., keren...
    moga berhasil ya..,biar saya kena imbasnya jg (sambil berharap 'ranah 3 warna' mampir dihadapanku) :D

    BalasHapus
  2. Ya Rabb.. baru ngeh ada ini? Hehe. Apa kabar Mal? :D

    BalasHapus