pagi ini (6/6), saya mendadak harus check up ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, karena kelenjar tiroid saya bereaksi terlalu berlebihan dan terjadi pembengkakakan di tenggorokan. namun, ini bukan amandel.. namanya struma difusa.
struma difusa, penyakit ini bisa diakibatkan oleh banyaknya garam atau petsin yang masuk ke tubuh, karena lingkungan yang terlalu dingin (suhunya), terlalu banyak mengeluarkan emosi (dalam arti yang luas), ato terlalu capai dalam aktifitas sehari-hari...
akibatnya, selain sakit di tenggorokan. berat badan juga tidak akan bertambah atau berkurang.. dalam kata lain: stabil dan kurus.. saya yang mengalaminya cukup kewalahan dan minder.. orang lain bertambah gemuk. saya tetap saja dari kelas Dua (delapan sekarang) di SMP sampai kelas XII SMA, badannya tetap kurus dengan 40-45 kg...
setelah hampir 4 tahun tidak periksa, pagi tadi saya ditemani mamah memeriksakan diri ke RSHS lagi.. dan dari sana, saya mempunyai cerita yang bisa dijadikan sebagai renungan bagi kita semua..
diantara orang-orang yang sakit disana ada seorang tua tanpa ditemani siapapun. ketika pertama melihatnya, ia adalah seorang kakek-kakek berusia sekitar 75 tahun, bertopi hitam, berkacamata, dan berjaket hijau lusuh.. sesaat itu ia membuka dompetnya untuk mengambil kartu pendaftaran, saya lihat tangannya bergetar hebat. ternyata beliau memiliki gangguan syaraf..
begitulah tiap saya periksakan penyakit saya ke RSHS. tiap hari, makin kesini semakin beragam saja yang sakit. bukannya saya berburuk sangka kepada Allah atau pada siapapun, "kok, RSHS ini semakin banyak perawat dan dokter, semakin mutakhir teknologi kesehatan, namun semakin banyak juga yang sakit. hatrusnya berbanding terbalik antara perawat dan pasien."
masa, harus seperti ini terus? ada apakah dengan indonesia? ada apakah dengan departemen kesehatan??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar