Dikisahkan ada sebuah sekolah hewan, kepala sekolahnya membuat standar kompetensi supaya murid-muridnya dapat melakukan tiga hal sekaligus: terbang, berlari dan renang.
Datanglah murid pertamanya, seekor burung. Pertama-tama, sebelum ia mengikuti semua pelajaran di kelas, ia diminta untuk melalui pretest terbang, berlari dan berenang. Saat test terbang, ia lulus sempurna. Tapi saat ia test berlari dan berenang, ia gagal. Karena sekolahnya baik hati dan rajin menabung, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patuh dan suka bermusyawarah, hemat cermat dan bersahaja, disiplin berani dan setia... (nah lho?), maka, Sang Burung diterima di sekolah hewan tersebut...dan langsung jd pembina pramuka, wakakakakakakak....
Seekor ikan, sebagai pendatang kedua dan ketika ia mengikuti pretest terbang dan berlari, ia gagal total. Tetapi saat ia menjalai test berenang, ia pun lolos. Lagi-lagi, karena Sekolahnya baik hati dan tidak sombong, (halah!). Sang ikan pun diterima dan berteman dengan sang burung.
Terakhir, kucing yang lucu datang ke sekolah hewan tersebut. Ia siap mengikuti pretest-nya. Pertama-tama ia test berlari, dan hasilnya adalah lulus total. Meskipun sang kucing tidak lulus dalam test berenang dan terbang, akhirnya ia dapat bergabung dengan teman barunya: burung dan ikan.
Dalam pelajarannya, kepala sekolah dan guru-guru menekankan supaya semua siswanya dapat melakukan ketiga hal sekaligus seperti dalam rencana.
Yang pertama dilatih adalah burung. Ia dilatih sehari penuh agar bisa berlari dan berenang. Keesokan harinya ia berkeliling sekolah untuk latihan berlari dan mencoba mengikuti kucing yang larinya cukup kencang. Setelah itu burung pun mencari kolam ikan. Ia juga mencoba untuk mengikuti ikan berenang. Alhasil, setelah seharian penuh berlatih Sang Burung pun kelelahan. Ia tak bisa untuk terus berlatih berlari dan berenang. Karena tubuhnya diatur hanya untuk terbang. Tetapi, karena tekanan dari sekolah iapun memaksakan kehendak. Ia terus belajar untuk bisa berlari dan berenang. Karena tetap tidak bisa meskipun berlatih seharian penuh, ia pun kelelahan. Dan yang paling parah, saking terlalu memaksakan kehendak, sampai-sampai ia lupa bahwa ia bisa terbang. Akhirnya, ia kecewa. Merasa bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah sia-sia.
Begitu pula dengan ikan. Jangankan untuk terbang atau berlari, hidup di darat pun ia terengah-engah. Kalaupun ia memaksakan minimal untuk berlari. Sang ikan hanya akan melangkah sangat dekat saja. Initinya, ikan juga tak kan mampu untuk menguasai tiga ilmu itu sekaligus.
Burung, tidak bisa berenang dan berlari. Ikan tidak bisa berenang dan terbang. Apalagi kucing, yang anti air (baca: sangat takut air, sehingga jarang mandi. Haha!!). Meskipun ia mempunyai kaki yang lincah untuk berlari kencang, tapi ia tak bisa berenang. Pun ia tak bisa bertahan lama berada di udara dengan lompatan-lompatannya yang lincah sekalipun.
Hikmahnya?
apakah ada yang tahu hikmahnya sebelum saya ungkapkan disini?hehe... :) :D
jalani hidup dengan segala kemampuan yang ada tanpa terlalu "ngoyo" ingin menjadi seperti orang lain. Harusnya hal itu diberlakukan dlm kurikulum akademis (upz, harusnya komplain utk depdikbud)
BalasHapus